Suatu saat, aku sedang menikmati senja dalam perahu keselamatanku yang sedang berlabuh.
Kulihat TUHAN di ruang pengemudi,
DIA menatapku dan berkata,
"Lepaskanlah tambatan tali itu, dan biarkan AKU membawa engkau ke seberang..
Sebab bukan rancangan-KU, engkau tertambat di sini."
Gelisah dan kuatir aku menjawab,
"TUHAN, bukankah lebih baik aku tetap di sini?
Aku tak akan melihat taufan dan badai.
Dan aku dapat kembali ke darat kapanpun aku mau."
Dengan lembut, DIA memegang tanganku, menatap mataku dan berkata:
"Jika engkau tidak mengalami taufan dan badai,
engkau tidak akan pernah melihat bagaimana AKU mengatasi semua itu.
Engkau juga tidak akan pernah melihat,
bahwa AKU berkuasa atas semua itu."
Dalam pergumulanku, aku memandangi tali yang mengikat perahu.
Di tali itu, kulihat ada rasa kuatir akan keuangan, pekerjaan, kehidupan dan masa depanku.
Dalam hatiku bertanya, tahukah DIA apa yang aku inginkan?
Mengertikah DIA apa yang aku rindukan?
Tuhan memelukku dan berkata lembut,
"Memang tidak semuanya akan sesuai dengan apa yang engkau inginkan.
Bahkan mungkin kebalikannya yang akan engkau dapatkan.
Tapi, maukah engkau percaya, bahwa rancangan-KU adalah
rancangan damai sejahtera, dan masa depanmu adalah masa depan yang penuh harapan?"
Dia memeluk dan menangis bersamaku, lalu dengan berat aku melepas tali perahuku.
Kulepaskan semua rasa kuatir itu dari hatiku.
Kutaruh hak atas masa depanku di tangan-NYA.
Aku tidak tahu bagaimana nanti masa depanku.
Tapi aku percaya DIA sudah ada di sana.
Sambil menangis aku menatap-NYA dan berkata,
"Jadilah nahkoda dalam hidupku dan marilah berlayar bersama..
Meski aku takut, gelisah di dalam hatiku..
Ajarku untuk dapat percaya kepada-MU.."
"Dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar.
Bahkan ada perlindungan bagi anak-anakNYA.
Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut."
(Amsal 14: 26-27)
Comments
Post a Comment