Skip to main content

Kisah Seorang Anak dan Ibu mengingatkan bahwa hidup itu cuma sebentar..

Setiap pagi kurang lebih pukul 8 kurang, saya selalu melewati pinggir jalan raya yang sebelahnya itu adalah lapangan tempat orang-orang suka berolahraga, belanja dan berkuliner karena banyak penjual makanan dan sayur-sayuran layaknya pasar.

Beberapa kali mata saya tuh terpaku melihat sosok dua orang wanita seperti yang terlihat di foto (mohon maaf sebelumnya kepada pihak terkait, saya memoto tanpa ijin).

Bagi saya ini suatu pemandangan indah, dramatis, romantis, dan mengharukan.  Mereka adalah ibu dan anak.
Sang anak memiliki kekurangan khususnya dalam mentalnya.
Sepertinya sih umurnya sudah 30 tahunan ke atas.
Ibunya mungkin sudah mencapai 60 tahunan ke atas.

Mereka selalu berpegangan tangan.
Langkah kaki sang Ibu yang terlihat lelah, namun juga semangat.
Langkah kaki anaknya yang tentu saja sangat gembira dan semangat.
Genggaman tangan yang manis...

Namun yang membuat saya terharu adalah...
Terlintas begitu saja, "Bagaimana jika salah satunya dipanggil Tuhan pulang?"

Karena ga menutup kemungkinan, semua akan dipanggil pulang pada waktunya masing-masing.
Secara, saya juga telah mengalami kehilangan seorang ayah dan itu menyakitkan.
Saat beliau ada, saya tidak pernah berpikiran bahwa Ayah saya itu suatu saat akan tidak ada di samping saya lagi.
Saya selalu memperlakukan beliau dengan berpikir jika saya melakukan kesalahan, toh besok saya bisa perbaiki, namun ternyata terus begitu dan malah kadang tidak menghormatinya karena tidak sadar bahwa suatu waktu yang datang itu sangat menyakitkan.
Mendatangkan penyesalan yang tidak akan dilupakan seumur hidup.

Ketika berpikir itu... Jika sang Ibu tidak ada.. anaknya bagaimana? Jika terbalik, Ibunya apakah bisa bertahan hidup?
Mungkin saat itu pun saya akan ikut menangis. Begitu singkatnya jika kematian itu datang.
Jika kematian itu datang, tidak ada yang namanya bisa berbalik dan mengulang. Semua berjalan tanpa rem. Tanpa waktu jeda. Seakan diseret untuk menuju sebuah titik akhir, dimana tidak ada yang tahu titik akhir itu akan seperti apa.

Apa sih tujuan akhir hidupmu? Dalam waktu yang singkat, umur terus bertambah.
Apakah hanya berkeluarga, memiliki keturunan, bergelut dengan masalah, bekerja dengan seluruh tenaga, menikmati kenikmatan sesaat, egois, menyakiti orang lain, tidak peduli sekitar yang penting hidupku bahagia padahal tidak, menyesali kesepian yang dialami, berduka...

Hanya terus begitu? Sia-sia sekali semuanya jika hanya sampai di situ.
Apa guna kita? Setelah kita meninggal, apa yang kita tinggalkan?
Warisan uang? warisan rumah, harta benda, hutang...?

Warisan iman dan keselamatanlah yang seharusnya kita berikan bagi orang-orang yang kita tinggalkan.
Jalani hidup dengan bahagia, bersyukur membuat kita bisa hidup dengan bahagia.
Meskipun banyak masalah yang dihadapi, namun bisa menikmati jalannya hidup yang terus dikejar waktu itu.
Waktu itu berharga namun harus bisa dinikmati karena kita tidak bisa mengulang lagi.
Warisan iman itu, membawa keluarga kita, dan orang yang kita tinggalkan hidup dengan sebuah tujuan yang jelas, membuat hidup mereka juga bahagia.
Lain dengan warisan uang dan harta benda, itu akan membuat mereka semakin terjerumus dengan dosa. Dan adakah kebahagiaan dengan uang dan harta benda?

Kebanyakan orang yang sudah mempunyai semua sih bilang tidak.

Jadi.. sebelum salah satu orang atau kita sendiri yang dipanggil, pergunakan waktu sebaik-baiknya,
bahagialah, nikmatilah, dan pikirkan tujuan akhir dari hidup kita itu untuk apa.
Jika kita mau mewariskan iman dan teladan kita, mulailah dari sekarang.
Karena tidak ada yang instant. Semua memiliki proses.

Jika saat ini keluargamu masih lengkap bersyukurlah dan perbaiki hubunganmu yang rusak dengan mereka.  Jika kamu punya sahabat, terimalah dia baik buruknya. Karena semua orang pasti punya kebaikan dan kelemahan juga. Tidak ada yang baik 100%. Sayangi mereka seperti kamu sayang kepada dirimu sendiri. Karena untuk dirimu sendiri itu sudah ada Pribadi yang menyangi kamu dengan tiada tandingannya. Tuhanmu...

Eh.. bersambung ke Cinta Sepihak yu...

Comments

Popular posts from this blog

PH

Pasangan Hidup Hal ini banyak jadi pergumulan para pemuda nih. Gw mau share buat para jomblo eh single deh yang baca aja... Dulu, gw tuh pernah beberapa kali pacaran waktu SD, SMP sampai SMA. Pas kuliah gw mulai merasa pacaran ga perlu-perlu amat, gw sibuk, gw juga banyak tanggung jawab apalagi kalo dikaitin sama yang namanya UANG  hadeuuhh... pusing dah. Gw ga mau pacaran karena alasan gini: 1. Gw kerja sambil kuliah, kapan pacarannya, kasian dong pacar gw nanti. 2. Gw terakhir pacaran dengan cowo yang meninggalkan trauma. Dia cuma mau untung doang dari gw. heheh.. Tapi Tuhan masih jaga gw tetap kudus koq. Hanya tetap ada beberapa hal membekas. (dulu...). Pesan gw nih buat kalian yang masih sekolah, pacaran yang wajar-wajar aja, jangan ampe bablas kemana-mana, apalagi perempuan, lu tuh punya mahkota yang harus dijaga sampai lu menemukan pasangan hidup yang tepat, sampai sama-sama mengikat janji di hadapan Tuhan, baru lu boleh kasih mahkota berharga lu ...