Ketika kita ditinggalkan....
Hal yang pasti dirasakan adalah kehilangan....
Ketika gw ditinggalkan pertama kali sama orang yang dikasihi untuk selama-lamanya.
Papah :(
Rasa kehilangan yang sangat mendalam dan ga pernah lupa.
Rasa yang kalo bisa gw tolak untuk yang kedua atau ketiga atau yang akan datang selanjutnya.
Tapi, siapa yang bisa menolak kedatangan si "ditinggalkan selamanya" ini?
Ada beberapa pikiran yang harus diputar di sini.
Maksudnya fokus pikiran yang pastinya bakalan baper abis. Sedih abis dan lain-lain itu.
Kadang ada yang lebay sampai pengen ikut.
Ga aneh sih sebenernya karena, sakit banget rasanya.
Tapi mari, karena udah baca cerita gw ini, mari baca sampai abis, paling 5-10 menit aja sih kawan.
Mari kita lihat hal-hal di samping itu, misalnya, selain kita siapa yang merasa kehilangan lagi?
Mungkin mamah, kakak, adik, dll, nah kalo kita ikut menghilang juga, maka...
Kita akan mendoublekan rasa kehilangan yang sangat sakit itu kepada mereka.
Gw di sini jelas menolak jika ada yang mau bunuh diri dengan alasan ingin ikut orang yang meninggalkan kita. Entah karena rasa bersalah yang sangat amat teramat kuat, atau apa. Tapi tetap konyol.
Rasa bersalah bisa ditebus dengan lu ga melakukan hal atau kesalahan itu lagi.
Rasa bersalah bisa ditebus dengan lu hidup lebih baik, membantu orang lain, apalagi keluarga lain yang ditinggalkan.
Rasa bersalah bisa ditebus jika kita berpikir jernih.
Mari kita ingat2 apa yang diminta oleh orang yang meninggalkan kita.
Diyakini "dia" tidak akan meminta lu ikut menghilang.
Rasa sakit, bisa terobati ketika...
kita membayangkan hal2 bahagia yang pernah dilalui dengan "dia" yang telah tiada itu.
dan mari bawa hal2 bahagia tersebut dengan orang-orang yang masih hidup yang kita sayangi dan sebaliknya.
Mari kita juga bisa melihat sebentar, apakah Tuhan memberikan hal2 baru setelahnya?
Kalo gw di sini, Tuhan menghadirkan banyak orang2 yang mengisi kehilangan itu.
Sehingga rasa kesepian itu, terobati dengan yang baru, tetapi kenangannya ga tergantikan.
Gw dikasih teman2 yang mengasihi gw, dikasih orang yang mendampingi gw dan mengasihi gw.
Gw dikasih banyak keponakan lucu, yang menghibur walau melelahkan.
Gw dikasih pekerjaan yang menyenangkan, dan memberikan gw memberikan penghiburan bagi orang-orang yang kehilangan juga.
Gw kerja di Gereja, yang di mana di sini banyak sekali hal2 kehilangan itu terjadi.
28 September 2017, gw kehilangan seorang guru hidup gw.
Orang ini, sebutlah namanya Yayang Floridawati. Beliau adalah teladan hidup gw.
Beliau ini Guru Sekolah Minggu, mengajari gw beribadah yang baik, mengajari gw banyak hal mengenai hidup, tempat mendengarkan cerita hidup keluarga gw yang rumit, tempat gw mencurahkan kesulitan yang gw dapat dari kerjaan. Tempat di mana nasihat yang bijak datang. Teladan dari hidup yang tidak dibuang sia2 sama sekali. Setiap ada waktu, beliau memberikan nya untuk kemuliaan Tuhan. Dia melayani seumur hidupnya. Beliau jadi majelis saat umur 25 tahun. Beliau juga melayani di banyak bidang sesuai dengan banyaknya talenta yang Tuhan sudah berikan padanya. Dan hal yang paling indah....
Beliau menaburkan talentanya. Beliau juga mematangkan orang-orang yang memiliki talenta, memberikan motivasi, kesempatan, membangun mereka untuk dapat berani melayani Tuhan juga. Banyak bunga-bunga mekar, pohon-pohon berbuah karena beliau ini.
Salah satunya gw. Gw belajar merangkai bunga, belajar menjadi pemimpin, belajar menjadi sekretaris, belajar menjadi Paduan Suara, belajar menjadi Guru Sekolah Minggu, belajar menjadi Worship Leader, belajar menjadi seorang kakak bagi orang2 yang membutuhkan perhatian. Belajar menjadi seorang Tante bagi keponakannya dengan maksimal.
Kehilangan yang mendalam tapi melegakan karena melihat beliau digerogoti penyakit mematikan juga sangat menyedihkan hati. Kanker yang menyebar begitu cepat. Tapi tidak pernah menahannya untuk bisa berkarya sampai akhir hidupnya.
Terima kasih Laoshi Yayang. Selamat jalan... Tuhan pasti dengan bangga memelukmu dan menyambutmu.
9 Oktober 2017, waktu yang tidak lama dari kehilangan guru gw ini. Gw jg kehilangan sosok yang membingungkan gw hahaha..
Seseorang yang gw merasa sayang pada "Bapak-bapak" ini. Tapi...
memang banyak hal yang diperbuatnya selama hidup, dan ga sedikit juga menyakiti gw.
Dengan fitnah, dengan aduan yang sama juga fitnah, semua karena ingin membela dirinya dari kesalahan. Dengan kemarahannya jika diminta mengerjakan sesuatu. Dengan kebohongannya dan banyak hal.
Orang ini bekerja di tempat yang sama dengan gw.
Namun selama bersama beliau, beliau itu orang yang keras, saking kerasnya bandel,
tapi ya memang justru jadi berbekas di hati juga nih. Beliau meninggal karena sakit jantung.
Gw berdoa terus saat mendengar kabar beliau sakit, gw harus mengampuni bapak satu ini.
Dan ga lama ada berita beliau sudah meninggal.
Kakaknya jg bilang tolong maafkan, dalam hati gw memang gw sudah memaafkannya sih.
:) cuma memang rasa sakit hati itu ga sebentar hilangnya
Karena efek dari fitnahan itu lama.
Nahh.. dari 2 orang itu, kesan ditinggal selamanya yang berbeda..
kita, jika suatu hari nanti Tuhan bilang sudah selesai, dan memanggil kita,
apa yang akan dirasakan oleh orang-orang yang ditinggalkan kita?
Kesalahan2... dosa kita... sampai2 harus dimaafkan?
atau.. Kebaikan kita yang justru jadi motivasi orang yang ditinggalkan itu dapat hidup lebih baik lagi.
sehingga sepeninggal kita itu masih ada pelajaran yang dipakai untuk hidup orang lain.
Apakah selama ini kita sudah melakukan semua dengan sebaik-baiknya?
atau kita melakukan banyak hal sia2?
Yang terakhir....
Rasa kehilangan itu mengajarkan kita, untuk merefleksikan hidup kita lagi,
mengingatkan bahwa hidup itu sementara dan selama kita masih mampu dan selama kita masih kuat, apa yang sudah kita kerjakan?
Mengajarkan kita untuk menaburkan yang baik bukan menaburkan yang tidak baik.
Apakah kita sudah mengasihi orang2 sekitar kita?
Jangan2 saat kita ditinggalkan barulah penyesalan mendalam yang ditinggalkan.
Semoga jadi berkat...
Hal yang pasti dirasakan adalah kehilangan....
Ketika gw ditinggalkan pertama kali sama orang yang dikasihi untuk selama-lamanya.
Papah :(
Rasa kehilangan yang sangat mendalam dan ga pernah lupa.
Rasa yang kalo bisa gw tolak untuk yang kedua atau ketiga atau yang akan datang selanjutnya.
Tapi, siapa yang bisa menolak kedatangan si "ditinggalkan selamanya" ini?
Ada beberapa pikiran yang harus diputar di sini.
Maksudnya fokus pikiran yang pastinya bakalan baper abis. Sedih abis dan lain-lain itu.
Kadang ada yang lebay sampai pengen ikut.
Ga aneh sih sebenernya karena, sakit banget rasanya.
Tapi mari, karena udah baca cerita gw ini, mari baca sampai abis, paling 5-10 menit aja sih kawan.
Mari kita lihat hal-hal di samping itu, misalnya, selain kita siapa yang merasa kehilangan lagi?
Mungkin mamah, kakak, adik, dll, nah kalo kita ikut menghilang juga, maka...
Kita akan mendoublekan rasa kehilangan yang sangat sakit itu kepada mereka.
Gw di sini jelas menolak jika ada yang mau bunuh diri dengan alasan ingin ikut orang yang meninggalkan kita. Entah karena rasa bersalah yang sangat amat teramat kuat, atau apa. Tapi tetap konyol.
Rasa bersalah bisa ditebus dengan lu ga melakukan hal atau kesalahan itu lagi.
Rasa bersalah bisa ditebus dengan lu hidup lebih baik, membantu orang lain, apalagi keluarga lain yang ditinggalkan.
Rasa bersalah bisa ditebus jika kita berpikir jernih.
Mari kita ingat2 apa yang diminta oleh orang yang meninggalkan kita.
Diyakini "dia" tidak akan meminta lu ikut menghilang.
Rasa sakit, bisa terobati ketika...
kita membayangkan hal2 bahagia yang pernah dilalui dengan "dia" yang telah tiada itu.
dan mari bawa hal2 bahagia tersebut dengan orang-orang yang masih hidup yang kita sayangi dan sebaliknya.
Mari kita juga bisa melihat sebentar, apakah Tuhan memberikan hal2 baru setelahnya?
Kalo gw di sini, Tuhan menghadirkan banyak orang2 yang mengisi kehilangan itu.
Sehingga rasa kesepian itu, terobati dengan yang baru, tetapi kenangannya ga tergantikan.
Gw dikasih teman2 yang mengasihi gw, dikasih orang yang mendampingi gw dan mengasihi gw.
Gw dikasih banyak keponakan lucu, yang menghibur walau melelahkan.
Gw dikasih pekerjaan yang menyenangkan, dan memberikan gw memberikan penghiburan bagi orang-orang yang kehilangan juga.
Gw kerja di Gereja, yang di mana di sini banyak sekali hal2 kehilangan itu terjadi.
28 September 2017, gw kehilangan seorang guru hidup gw.
Orang ini, sebutlah namanya Yayang Floridawati. Beliau adalah teladan hidup gw.
Beliau ini Guru Sekolah Minggu, mengajari gw beribadah yang baik, mengajari gw banyak hal mengenai hidup, tempat mendengarkan cerita hidup keluarga gw yang rumit, tempat gw mencurahkan kesulitan yang gw dapat dari kerjaan. Tempat di mana nasihat yang bijak datang. Teladan dari hidup yang tidak dibuang sia2 sama sekali. Setiap ada waktu, beliau memberikan nya untuk kemuliaan Tuhan. Dia melayani seumur hidupnya. Beliau jadi majelis saat umur 25 tahun. Beliau juga melayani di banyak bidang sesuai dengan banyaknya talenta yang Tuhan sudah berikan padanya. Dan hal yang paling indah....
Beliau menaburkan talentanya. Beliau juga mematangkan orang-orang yang memiliki talenta, memberikan motivasi, kesempatan, membangun mereka untuk dapat berani melayani Tuhan juga. Banyak bunga-bunga mekar, pohon-pohon berbuah karena beliau ini.
Salah satunya gw. Gw belajar merangkai bunga, belajar menjadi pemimpin, belajar menjadi sekretaris, belajar menjadi Paduan Suara, belajar menjadi Guru Sekolah Minggu, belajar menjadi Worship Leader, belajar menjadi seorang kakak bagi orang2 yang membutuhkan perhatian. Belajar menjadi seorang Tante bagi keponakannya dengan maksimal.
Kehilangan yang mendalam tapi melegakan karena melihat beliau digerogoti penyakit mematikan juga sangat menyedihkan hati. Kanker yang menyebar begitu cepat. Tapi tidak pernah menahannya untuk bisa berkarya sampai akhir hidupnya.
Terima kasih Laoshi Yayang. Selamat jalan... Tuhan pasti dengan bangga memelukmu dan menyambutmu.
9 Oktober 2017, waktu yang tidak lama dari kehilangan guru gw ini. Gw jg kehilangan sosok yang membingungkan gw hahaha..
Seseorang yang gw merasa sayang pada "Bapak-bapak" ini. Tapi...
memang banyak hal yang diperbuatnya selama hidup, dan ga sedikit juga menyakiti gw.
Dengan fitnah, dengan aduan yang sama juga fitnah, semua karena ingin membela dirinya dari kesalahan. Dengan kemarahannya jika diminta mengerjakan sesuatu. Dengan kebohongannya dan banyak hal.
Orang ini bekerja di tempat yang sama dengan gw.
Namun selama bersama beliau, beliau itu orang yang keras, saking kerasnya bandel,
tapi ya memang justru jadi berbekas di hati juga nih. Beliau meninggal karena sakit jantung.
Gw berdoa terus saat mendengar kabar beliau sakit, gw harus mengampuni bapak satu ini.
Dan ga lama ada berita beliau sudah meninggal.
Kakaknya jg bilang tolong maafkan, dalam hati gw memang gw sudah memaafkannya sih.
:) cuma memang rasa sakit hati itu ga sebentar hilangnya
Karena efek dari fitnahan itu lama.
Nahh.. dari 2 orang itu, kesan ditinggal selamanya yang berbeda..
kita, jika suatu hari nanti Tuhan bilang sudah selesai, dan memanggil kita,
apa yang akan dirasakan oleh orang-orang yang ditinggalkan kita?
Kesalahan2... dosa kita... sampai2 harus dimaafkan?
atau.. Kebaikan kita yang justru jadi motivasi orang yang ditinggalkan itu dapat hidup lebih baik lagi.
sehingga sepeninggal kita itu masih ada pelajaran yang dipakai untuk hidup orang lain.
Apakah selama ini kita sudah melakukan semua dengan sebaik-baiknya?
atau kita melakukan banyak hal sia2?
Yang terakhir....
Rasa kehilangan itu mengajarkan kita, untuk merefleksikan hidup kita lagi,
mengingatkan bahwa hidup itu sementara dan selama kita masih mampu dan selama kita masih kuat, apa yang sudah kita kerjakan?
Mengajarkan kita untuk menaburkan yang baik bukan menaburkan yang tidak baik.
Apakah kita sudah mengasihi orang2 sekitar kita?
Jangan2 saat kita ditinggalkan barulah penyesalan mendalam yang ditinggalkan.
Semoga jadi berkat...





Comments
Post a Comment